Bahasa-bahasa Melayu
Bahasa-bahasa Melayik[2][3] dalam bidang linguistik menerangkan suatu cabang bahasa di bawah rumpun Melayu-Polinesia dalam keluarga bahasa-bahasa Austronesia. Bahasa yang terkenal dalam keluarga ini ialah bahasa Melayu yang dijadikan bahasa kebangsaan di Brunei dan Singapura serta asas kepada dua bahasa baku iaitu bahasa Malaysia untuk kegunaan peringkat kebangsaan Malaysia dan Bahasa Indonesia untuk kegunaan bahasa kebangsaan Indonesia dan bahasa yang popular dipelajari di Timor Leste.[4]
Bahasa-bahasa Melayu | |
---|---|
Bahasa-bahasa Melayik | |
Taburan geografi: | Asia Tenggara Maritim |
Klasifikasi bahasa: | Austronesia
|
Bahasa-proto: | Bahasa Melayu Purba |
Pembahagian: |
|
Glottolog: | mala1538[1] |
Taburan bahasa-bahasa Melayu di Asia Tenggara Maritim:
Subkumpulan bahasa-bahasa Iban dan bahasa-bahasa Dayak Melayu Barat (Kanayatn/Salako-Kendayan), juga dikenali himpunannya sebagai "bahasa-bahasa Dayak Melayik".
Ragam Melayu lain; hubungan genetik masih tidak jelas. |
Cabang bahasa ini juga merangkumi bahasa-bahasa setempat dituturkan pelbagai sub-etnik Melayu (contohnya seperti bahasa Kutai, bahasa Melayu Kedah dan bahasa Melayu Basemah). Bahasa kerabat yang mempunyai hubungan terdekat dengan bahasa Melayu di Sumatera (seperti bahasa Minangkabau) dan Borneo (seperti bahasa Iban), antara calon kawasan yang paling berkemungkinan sebagai titik daripada pemisahan bahasa-bahasa Melayik ialah di barat pulau Borneo.
Sejarah
suntingIstilah Malayic pertama kali dicipta oleh Dyen (1965) dalam klasifikasi leksikostatistik bahasa-bahasa Austronesia. "Kelekapan bahasa-bahasa Melayik" (Malayic hesion) oleh Dyen mempunyai skop yang lebih luas daripada subkumpulan bahasa-bahasa Melayik dalam bentuk yang diterima kini, dan juga merangkumi bahasa Aceh, bahasa Lampung, dan bahasa Madura. Nothofer (1988) menyempitkan julat bahasa-bahasa Melayik, tetapi memasukkan bahasa-bahasa bukan Melayu seperti bahasa Rejang dan bahasa Embaloh:
- Bahasa Rejang
- Bahasa Embaloh
- Bahasa Selako
- Bahasa-bahasa Melayu-Iban
Skop subkumpulan bahasa-bahasa Melayik kini, yang telah diterima secara umum oleh pakar sebidang, pertama kali diusulkan oleh Karl Alexander Adelaar (1992, 1993), berdasarkan bukti fonologi, morfologi, dan leksikal.
Bahasa
suntingBahasa-bahasa Melayik dituturkan di Borneo, Sumatera, Semenanjung Tanah Melayu, dan di beberapa pulau yang terletak di Laut China Selatan dan Selat Melaka.
Borneo
- Bahasa Bamayo
- Bahasa Banjar
- Bahasa Berau
- Bahasa Melayu Brunei
- Bahasa Banjar Bukit
- Bahasa Kendayan
- Bahasa Keninjal
- Bahasa Kutai
- Bahasa-bahasa Iban
Semenanjung Tanah Melayu
- Bahasa Jakun
- Bahasa Melayu Johor
- Bahasa Melayu
- Bahasa Melayu Kedah
- Bahasa Melayu Kelantan-Pattani
- Bahasa Melayu Melaka
- Bahasa Melayu Negeri Sembilan
- Bahasa Kanaq
- Bahasa Seletar
- Bahasa Melayu Perak
- Bahasa Melayu Pahang
- Bahasa Melayu Reman
- Bahasa Melayu Selangor
- Bahasa Temuan
- Bahasa Melayu Terengganu
- Bahasa Melayu Tioman
Sumatera
- bahasa Melayu Tengah
- Bahasa Col
- Bahasa Haji
- Bahasa Melayu Jambi
- Bahasa Kaur
- Bahasa Kerinci
- Bahasa Kubu
- Bahasa Lubu
- Bahasa Minangkabau
- Bahasa Melayu Musi
- Bahasa Pekal
- Bahasa Melayu Basemah
- Bahasa Melayu Palembang
- Bahasa Melayu Riau
Jawa
Laut Melayu/Selat Melaka
Subkumpulan
suntingPengelasan dalaman
suntingWalaupun terdapat persetujuan umum tentang bahasa yang mana boleh dikelaskan dalam bahasa-bahasa Melayik , subkumpulan dalaman bahasa-bahasa Melayik masih dipertikaikan.
Adelaar (1993)
suntingAdelaar (1993) mengelaskan bahasa-bahasa Melayik seperti berikut.[5]
- Bahasa-bahasa Iban
- (Cabang utama)
Ross (2004)
suntingBerdasarkan bukti tatabahasa, Ross (2004) membahagikan kumpulan bahasa-bahasa Melayik kepada dua cabang utama:[6]
- Bahasa-bahasa Dayak Melayik Barat (Selako-Kendayan)
- Bahasa-bahasa Melayik teras (bahasa-bahasa Melayik lain)
Klasifikasi ini dicerminkan dalam Glottolog (Gubahan 3.4).
Anderbeck (2012)
suntingMengikuti Tadmor (2002), Anderbeck (2012) membuat perbezaan antara bahasa Melayu dan bahasa-bahasa Melayik dalam perbincangannya tentang loghat-loghat Orang Laut di Kepulauan Riau. Beliau secara tentatif mengklasifikasikan semua bahasa-bahasa Melayik di bawah subkumpulan "Melayu", kecuali subkumpulan bahasa-bahasa Iban, bahasa-bahasa Selako-Kendayan, bahasa Keninjal, bahasa Dayak Melayu, dan "kelainan yang agak berbeza" iaitu bahasa Urak Lawoi dan bahasa Duano.[7][a]
- Bahasa-bahasa Iban
- Bahasa Selako-Kendayan
- Bahasa Keninjal
- Bahasa Dayak Melayik
- Bahasa Urak Lawoi
- Bahasa Duano
- Bahasa Melayu (termasuk bahasa-bahasa Melayu lain)
Klasifikasi Anderbeck telah diterima pakai dalam edisi ke-17 Etnologue, dengan pengecualian tunggal bahasa Duano, yang disenaraikan dalam Etnologue di bawah pengelasan "bahasa Melayu".[b]
Smith (2017)
suntingDalam disertasinya tentang bahasa-bahasa di Borneo, Smith (2017) memberikan bukti untuk subkumpulan yang terdiri daripada isolek bahasa-bahasa Melayik di Borneo barat dan Sumatera selatan, yang dilabelnya sebagai "bahasa-bahasa Melayik Borneo Barat".[9] Walau bagaimanapun, beliau membiarkan isolek lain ternirkelas.
- Bahasa-bahasa Melayik Borneo Barat
- Bahasa-bahasa Selako-Kendayan (= "Dayak Melayik Barat" oleh Ross)
- Bahasa-bahasa Besemah[c]
- Bahasa-bahasa Iban
- Bahasa-bahasa Melayik lain (bukan subkumpulan genetik)
Kedudukan dalam keluarga bahasa-bahasa Austronesia
suntingKemasukan bahasa Melayu dalam subkumpulan bahasa-bahasa Melayu-Polinesia tidak dapat dipertikaikan, dan terdapat sepersetujuan umum bahawa keluarga bahasa-bahasa Cam berkait rapat dengan keluarga bahasa-bahasa Melayik. Gabungan keluarga bahasa-bahasa Melayik yang lebih luas bagaimanapun menjadi kontroversi. Terdapat dua usulan utama: Adelaar (2005) meletakkan keluarga bahasa-bahasa Melayik dalam subkumpulan bahasa-bahasa Melayu-Sumbawa, yang terdiri daripada bahasa berikut:[10]
- Bahasa-bahasa Melayu-Sumbawa
- Bahasa-bahasa SSB-Cam-Melayu
- Bahasa-bahasa Melayu
- Bahasa-bahasa Cam
- Bahasa-bahasa Sumbawa-Sasak-Bali
- Bahasa Sunda
- Bahasa Madura
- Bahasa-bahasa SSB-Cam-Melayu
Blust (2010) dan Smith (2017) mengumpukkan keluarga bahasa-bahasa Melayik kepada subkumpulan bahasa-bahasa Borneo Utara Raya:[11][9]
- Bahasa-bahasa Borneo Utara Raya
- Bahasa-bahasa Borneo Utara
- Bahasa-bahasa Sarawak Tengah (Kajang-Melanau)
- Bahasa-bahasa Murik-Kayan
- Bahasa-bahasa Dayak Darat
- Bahasa-bahasa Cam-Melayik
- Bahasa-bahasa Cam
- Bahasa-bahasa Melayik
- Bahasa Rejang
- Bahasa Sunda
Hipotesis keluarga bahasa-bahasa Melayu-Sumbawa adalah berdasarkan bukti fonologi dengan beberapa inovasi leksikal yang dikongsi bersama, manakala hipotesis bahasa-bahasa Borneo Utara Raya adalah berdasarkan korpus besar bukti leksikal.
Bahasa Melayik Purba
suntingBahasa Melayik Purba | |
---|---|
Rekonstruksi | bahasa-bahasa Melayik |
Leluhur direkonstruksi |
Rekonstruksi fonologi
suntingBahasa Melayik Purba[12] mempunyai jumlah 19 konsonan dan 4 vokal.[13]
Bibir | Gusi | Lelangit | Velar | Glotis | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Hentian | Tanpa suara | p | t [d] | c | k | ʔ |
Bersuara | b | d | ɟ | ɡ | ||
Sengauan | m | n | ɲ | ŋ | ||
Geseran | s | h | ||||
Likuida | l | ʀ | ||||
Aproksiman | w | y |
Ketinggian | Depan | Pusat | Belakang | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Sempit | i /i/ | u /u/ | |||||
Tengah | ə /ə/ | ||||||
Luas | a /a/ |
Terdapat 2 diftong :
- *-ay
- *-aw
Morfologi
suntingLeksem bahasa Melayik Purba kebanyakannya berdwisukukata, walaupun ada yang mempunyai satu, tiga, atau empat sukukata. Leksem mempunyai struktur sukukata berikut: [13]
* [C V (N)] [C V (N)] [C V (N)] C V C
- Nota : C = konsonan,
V = vokal, N = sengauan
Nota
sunting- ^ As with Adelaar, Anderbeck reckons the difficulty in assigning absolute subgrouping within Malayic subfamily, and suggests an alternative approach which is "to dissolve the Malay node and keep everything in the Malayic group".
- ^ Kaedah pengelasan ini masih digunakan dalam edisi ke-22 (2019).[8]
- ^ Alongside other various South Sumatran isolects which exhibit the *-R > *-ʔ innovation in a specific set of lexemes.
- ^ /t/ is listed as dental by Adelaar (1992)
Rujukan
sunting- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, penyunting (2017). "Malayic". Glottolog 3.0. Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Universiti Kebangsaan Malaysia (1997). "Bahagian 3". Journal of the Institute of Malay Language, Literature and Culture. 14: 49.
- ^ Shin, Chong (2022-12-28). "MENYOROTI BAHASA-BAHASA AUSTRONESIA DI PINGGIR UTARA ALAM MELAYU: BAHASA FORMOSA DI PULAU TAIWAN: EXPLORING AUSTRONESIAN LANGUAGES IN THE NORTHERN PERIPHERAL MALAY WORLD: FORMOSA LANGUAGES ON TAIWAN ISLAND". ASIAN JOURNAL OF ENVIRONMENT, HISTORY AND HERITAGE (dalam bahasa Inggeris). 6 (2).
- ^ Asmah Haji Omar (1992). "Malay as a pluricentric language". Dalam Clyne, Michael J. (penyunting). Pluricentric Languages: Differing Norms in Different Nations. Berlin & New York: Mouton de Gruyte. m/s. 403–4. ISBN 3-11-012855-1.
Singapore has maintained the name Malay or bahasa Melayu...
- ^ Adelaar 1993.
- ^ Ross 2004.
- ^ Anderbeck 2012.
- ^ Eberhard, Simons & Fennig 2019.
- ^ a b Smith 2017.
- ^ Adelaar 2005.
- ^ Blust 2010.
- ^ James T. Collin (2006). "Linguistik sejarawi dan alam Melayu". Jurnal Melayu (dalam bahasa Inggeris). 2: 53–75. ISSN 1675-7513.
- ^ a b Adelaar 1992.
Bibliografi
sunting- Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The Reconstruction of its Phonology and Parts of its Lexicon and Morphology. Pacific Linguistics, Series C, no. 119. Canberra: Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University.
- Adelaar, K. Alexander (1993). "The Internal Classification of the Malayic Subgroup". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. University of London. 56 (3): 566–581. doi:10.1017/s0041977x00007710. JSTOR 620695.
- Adelaar, Alexander (2005). "Malayo-Sumbawan". Oceanic Linguistics. 44 (2): 357–388. doi:10.1353/ol.2005.0027. JSTOR 3623345.
- Anderbeck, Karl (2012). "The Malayic speaking Orang Laut: Dialects and directions for research". Wacana: Journal of the Humanities of Indonesia. 14 (2): 265–312. Dicapai pada 26 May 2019.
- Bellwood, Peter; Fox, James J.; Tryon, Darrell (2006). The Austronesians: historical and comparative perspectives. ANU E Press. ISBN 978-1-920942-85-4.
- Blust, Robert (2010). "The Greater North Borneo Hypothesis". Oceanic Linguistics. 49 (1): 44–118. doi:10.1353/ol.0.0060. JSTOR 40783586.
- Dyen, Isidore (1965). "A Lexicostatistical classification of the Austronesian languages". International Journal of American Linguistics (Memoir 19).
- Eberhard, David M.; Simons, Gary F.; Fennig, Charles D., penyunting (2019). "Malayic". Ethnologue: Languages of the World (ed. 22). Dallas, Texas: SIL International.
- Nothofer, Bernd. 1975. The reconstruction of Proto-Malayo-Javanic. (Verhandelingen van het KITLV, 73.) The Hague: Nijhoff.
- Nothofer, Bernd (1988). "A discussion of two Austronesian subgroups: Proto-Malay and Proto-Malayic". Dalam Mohd. Thani Ahmad; Zaini Mohamed Zain (penyunting). Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa Melayu induk. Siri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. m/s. 34–58.
- Ross, Malcolm D. (2004). "Notes on the prehistory and internal subgrouping of Malayic". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann (penyunting). Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Canberra: Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University. m/s. 97–109.
- Smith, Alexander (2017). The Languages of Borneo: A Comprehensive Classification (PDF) (Ph.D. Dissertation). University of Hawaiʻi at Mānoa. Dicapai pada 26 May 2019.CS1 maint: location (link)
- Tadmor, Uri (2002). "Language contact and the homeland of Malay". The Sixth International Symposium of Malay/Indonesian Linguistics (ISMIL 6). Bintan Island, 3–5 August 2002.