Ketapang (Jawi: کتاڤڠ) atau talisai (Jawi: تليساي, Sab.) merupakan sejenis tumbuhan tepi pantai[4] yang rendang, lekas tumbuh dan membentuk silara bertingkat-tingkat. Ketapang digemari malah kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Ia terdapat di hutan Malaysia serta di negara-negara Asia Tenggara yang lain. Nama botaninya Terminalia catappa.[5]

Ketapang
Talisai
Pengelasan saintifik
Alam:
Divisi:
Kelas:
Order:
Keluarga:
Genus:
Terminalia
Spesies:
catappa
Nama binomial
Terminalia catappa
Sinonim
Senarai
    • Terminalia moluccana Lamk.
    • Terminalia procera Roxb.
    • Terminalia latifolia Blanco, non Swartz
    • Badamia commersonii Gaertn.
    • Buceras catappa (L.) Hitchc.
    • Catappa domestica Rumph.
    • Juglans catappa (L.) Lour.
    • Myrobalanus catappa (L.) Kuntze
    • Myrobalanus terminalia Poir.
    • Terminalia badamia DC.
    • Terminalia intermedia Bertero ex Spreng.
    • Terminalia myrobalana Roth
    • Terminalia ovatifolia Noronha
    • Terminalia paraensis Mart.
    • Terminalia rubrigemmis Tul.
    • Terminalia subcordata Humb. & Bonpl. ex Willd.

Peristilahan

sunting

Perkataan ketapang sewarisan beberapa nama setempat Nusantara antara lain:[5]

Pohon ini juga memiliki banyak sebutan seperti talisei, tarisei, salrisé (Sulut); tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara); sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Mal.); lisa (Rote); kalis, kris (Papua Barat); dan sebagainya[5] turunan kata akar Proto-Melayu-Polinesia *talisay.[6]

Pemerian botanis

sunting

Pohon besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1.5 m bertajuk rerdang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering tampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir, tingginya boleh capai hingga 3 m.[7]

Dedaun tersebar sebahagian besarnya berjejalan di hujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan hujung lebar meruncing dan pangkal yang makin menyempit, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berbulu halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok.[7][8]

Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat hujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning.[7] Bunga tak bermahkota, dengan kelopak bertaju-5, bentuk piring atau loceng, 4–8 mm, putih[8] atau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima. Buah batu bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit, 2,5–7 x 4–5.5 cm, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.[7][8]

Penyebaran dan ekologi

sunting

Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah ini, kecuali di Sumatera dan Kalimantan yang agak jarang didapati semula jadi. Pohon ini biasa ditanam di Australia bahagian utara dan Polinesia; demikian pula di India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.[9]

Pohon ini cocok dengan iklim pesisir dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dpl.; curah hujan antara 1.000–3.500 mm pertahun, dan bulan kering hingga 6 bulan.[7] Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini biasa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering.[10] Buahnya yang memiliki lapisan gabus Myang dapat mengapung di air sungai dan laut[8] hingga berbulan-bulan, sebelum tumbuh di tempat yang cocok. Buahnya juga disebarkan oleh kelawar.

Manfaat

sunting

Kulit dan daun-daunnya menghasilkan pigmen kuning perangan sampai warna hijau lumut dan mengandungi 11–23% tanin; sementara daun-daunnya mengandung 12 macam tanin yang dapat diurai air,[9] dua-dua dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna hitam, dan juga untuk membuat tinta.[5] Dalam pada itu populer keyakinan di kalangan penggemar ikan hias bahwa menaruh daun-daun ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang (Betta spp.), dapat memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur ikan.[11] Daun ketapang dapat menurunkan kadar Ph air, menyerap racun dalam air, mencerahkan warna ikan cupang dan juga mengubati luka pada ikan cupang setelah pemijahan [12]

Kayu terasnya merah bata pucat hingga kecokelat-cokelatan, ringan sampai sedang, BJ-nya berkisar antara 0,465–0,675; cukup keras dan liat, namun tidak begitu awet.[9] Kayu ini dalam perdagangan dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup lantai atau venir.[13] Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan juga untuk ramuan rumah.[5]

Biji ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak, kononnya lebih enak dari biji jauzah, dan digunakan sebagai pengganti biji badam dalam hiasan kuih-muih.[5] Inti bijinya yang kering jemur menghasilkan minyak berwarna kuning hingga setengah dari bobot semula. Minyak ini mengandung asid lemak seperti asam palmitat (55,5%), asid oleat (23,3%), asid linoleat, asid stearat dan asid miristat. Biji kering ini juga mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asid amino.[9]

Jenis yang sekerabat

sunting

Nama ketapang juga digunakan untuk menyebut T. gigantea V.Sl., yang tumbuh di tempat berpaya-paya di Simeulue bagian selatan.[5] Kerabat dekatnya yang mirip ketapang, di antaranya:[7]

  • T. littorea, memiliki bulir bunga yang lebih pendek dan begitu juga buahnya (kecil, < 2,5 cm).
  • T. glabrata, memiliki tangkai daun yang panjang (1,5–2,5 cm), pangkal helaian daun tidak berbentuk jantung, dan buah yang relatif lebih kecil dan menyegi.

Jenis lain, T. bellirica Roxb. yang dikenal sebagai jaha atau joho lawe (Jw.) menghasilkan buah yang digunakan sebagai bahan jamu, bahan penyamak dan bahan pewarna.[5]

Galeri

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ Thomson, L.; Evans, B. (2019). "Terminalia catappa". Senarai Merah Spesies Terancam IUCN. 2019: e.T61989853A61989855. doi:10.2305/IUCN.UK.2019-3.RLTS.T61989853A61989855.en. Dicapai pada 19 November 2021.
  2. ^ Linne, C. von. 1767. Mantissa Plantarum. Generum Editionis VI et Specierum Editionis II: 128. Holmiæ :Impensis Direct. Laurentii Salvii, 1767.
  3. ^ "The Plant List: A Working List of All Plant Species".
  4. ^ Suwarso, Wahyudi P., et al. "Sintesis Biodiesel Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa Linn.) Yang Berasal Dari Tumbuhan Di Kampus UI Depok." Jurnal Kimia Valensi, vol. 1, May. 2008, doi:10.15408/jkv.v1i2.213.
  5. ^ a b c d e f g h Heyne, Karel (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. 3. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. m/s. 1502-1503.
  6. ^ Blust, Robert; Trussel, Stephen (2010). "*talisay: a shore tree with edible nuts: Terminalia catappa". Austronesian Comparative Dictionary. Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology. Dicapai pada 10 Februari 2023.
  7. ^ a b c d e f Thomson, L.A.J. and B. Evans. 2006. Terminalia catappa (tropical almond) ver. 2.2. In: Elevitch, C.R. (ed.).  Species Profles for Pacifc Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), Hōlualoa, Hawai‘i. 
  8. ^ a b c d Steenis, CGGJ van (1981). Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita. m/s. 322–323.
  9. ^ a b c d van Valkenburg, J.L.C.H. & E.B. Waluyo, 1991. Terminalia catappa L. Diarkibkan 2016-03-04 di Wayback Machine [Internet] Record from Proseabase. Lemmens, R.H.M.J. and N. Wulijarni-Soetjipto (Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia. Diakses pada 07-Apr-2010
  10. ^ ICRAF Tree Database:Terminalia catappa Diarkibkan 2012-01-17 di Wayback Machine
  11. ^ Terminalia catappa - The Free Freshwater and Saltwater Aquarium Encyclopedia Anyone Can Edit - The Aquarium Wiki
  12. ^ [1] Diarkibkan 2020-09-27 di Wayback Machine Manfaat Daun Ketapang Untuk Ikan Cupang
  13. ^ PNGTreesKey: Terminalia catappa L.

Pautan luar

sunting