Korps Marinir Indonesia
Sebahagian kandungan di laman rencana ini menggunakan istilah atau struktur ayat yang terlalu menyebelahi gaya bahasa negara tertentu hasil penggunaan semula kandungan sumber tanpa pengubahsuaian. Anda diminta mengolah semula gaya bahasa rencana ini supaya penggunaan istilah di rencana ini seimbang, selaras serta mudah difahami secara umum dalam kalangan pengguna-pengguna bahasa Melayu yang lain menggunakan laman Istilah MABBIM kelolaan Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Kata nama khas dan petikan media tertentu (seperti daripada akhbar-akhbar atau dokumen rasmi) perlu dikekalkan untuk tujuan rujukan. Sumber perkamusan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia juga disediakan. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Korps Marinir Republik Indonesia sebelum ini dikenali sebagai KKO (Korps Komando Operasi), secara rasmi dikenali sebagai KORMAR RI atau hanya "Marinir", Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut, ("KORMAR", TNI-AL) adalah sebahagian daripada Angkatan Laut Indonesia dan bersaiz unit kor tentera yang bertindak sebagai infantri laut dan pasukan utama peperangan amfibia Indonesia. Kor ini diperintah oleh seorang jeneral marin dua bintang. Setakat bulan Ogos 2018, ia mempunyai tiga divisyen, masing-masing dipimpin oleh seorang jeneral marin satu bintang:
- Pasukan Marinir I / PASMAR I (Pasukan Marin I) berpangkalan di Sidoarjo.
- Pasukan Marinir II / PASMAR II (Pasukan Marin II) berpangkalan di Jakarta.
- Pasukan Marinir III / PASMAR III (Pasukan Marin III) berpangkalan di Sorong.
Kor Marin pada awalnya dibentuk sebagai pasukan operasi khusus bagi Angkatan Laut Indonesia (TNI-AL), dengan nama Korps Komando Operasi disingkatkan "KKO" (harfiah: "Kor Operasi Komando"). Kor Marin terlibat aktif dalam pelbagai konfrontasi dan konflik di Indonesia.
Kor Marin juga menyokong sebuah unit operasi khusus bersama Angkatan Laut-Marin, dikenali sebagai Detasemen Jala Mangkara atau "DENJAKA" (Jala Mangkara Detachment) yang ditubuhkan pada 1 Disember 1984, dan mengambil askar-askar daripada KOPASKA (Pasukan Komando Juruselam Angkatan Laut) dan Taifib (Batalion Peninjau Amfibia Marin).
Sejarah Singkat
suntingCikal bakal Korps Marinir bermula dari tanggal 15 November 1945, di mana nama Corps Mariniers tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal sehingga tanggal ini dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. A/565/1948 pada tanggal 9 Oktober 1948 ditetapkan adanya Korps Komando di dalam jajaran Angkatan Laut. Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) kembali menggunakan nama Korps Marinir sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 15 November 1975.[1]
Usai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 maka di seluruh pelosok Nusantara terbentuklah Badan-Badan perjuangan yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan. Di bidang kelautan, para pejuang laut yang terdiri dari para pemuda pelayaran, nelayan, bekas K.M, Kaigun, Heiho membentuk satuan-satuan di pangkalan seluruh Indonesia seperti Marine Keamanan Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat, Corps Marinier, Pasukan Laut dan Korps Keamanan Pantai.
Pada tanggal 15 Nopember 1945 di Pangkalan IV ALRI Tegal tercantum Nama Corps Mariniers yang merupakan cikal bakal terbentuknya Korps Marinir TNI AL. Pada tanggal 9 Oktober 1948 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: A/565/1948 ditetapkan adanya Korps Komando di dalam Angkatan Laut sehingga seluruh satuan kelautan tersebut dilebur menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL). Korps Marinir pada periode perang kemerdekaan merupakan komponen terbesar dalam tubuh ALRI (TNI AL). Hal tersebut disebabkan situasi perjuangan bangsa yang mengharuskan lebih banyak mengadakan kegiatan-kegiatan dan tugastugas operasi di darat dari pada di laut. Khusus untuk Corps Marinier (CM) yang terdapat di Pangkalan IV Tegal mempunyai tujuh (7) batalyon yang bermarkas di Tegal dengan Komandan yang pertama Mayor Agoes Soebekti. Persenjataan dan perlengkapan yang semula bervariasi disempurnakan dengan senjata jenis Johnson dari FN (Belgia). M Pada tahun 1955-1959 KKO-AL mengalami perubahan dalam bidang organisasi. Pembinaan personil dan material pada periode ini juga mengalami kemajuan-kemajuan di antaranya melalui bidang pendidikan.
Pada masa ini KKO-AL menghadapi situasi dan kondisi Trikora, Dwikora dan G.30.S/PKI. Untuk Susunan organisasi terdiri atas Markas Besar KKO-AL Komando Utama KKO-AL, Pastermar, Paskohanmarnas dan Unsur-unsur Pelayanan Kotama. Pada era Orde Baru (1966-1998) terjadi reorganisasi di mana Paskoarma I dan II serta Pasinko dilebur menjadi Paskoarma dengan kekuatan 2 Brigade. Sesuai Renstra Hankam I tahun 1974-1978 bidang TNI-AL, dilaksanakan pula penyederhanaan struktur organisasi KKO-AL yang kemudian diikuti dengan likuidasi Batalyon 6, 8, dan 10 di wilayah Barat (Jakarta) serta Batalyon 7 dan 9 di wilayah Timur (Surabaya). Bagi para anggota dari Batalyon Batalyon yang terkena likuidasi tersebut, sebagian dimasukkan kedalam Batalyon yang masih aktif dan sebagian lagi disalurkan ke dalam Depatransit dan Lembagalembaga pemerintah lainnya di wilayah Barat dan Timur. Pada tahun 1975 terjadilah suatu peristiwa yang penting bagi keberadaan Korps dimana nama Korps Komando Angkatan Laut yang telah digunakan sejak tahun 1950 dikembalikan lagi menjadi Korps Marinir sesuai dengan sejarah lahirnya Korps sejak tahun 1945.
Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 14 Nopember 1975. Pada tahun 1984 Korps Marinir kembali mengadakan reorganisasi kekuatan. Kekuatan yang dimiliki saat itu adalah 2 Brigade Infanteri Korps Marinir, 1 Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir, 1 Resimen Bantuan Administrasi Korps Marinir, 1 Komando Latihan Korps Marinir dan 2 Pangkalan Korps Marinir di Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya sebelum era reformasi, kekuatan tersebut ditambah dengan masuknya satuan Detasemen Jala Mangkara dan Rumah Sakit TNI AL Marinir Cilandak sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir Pada Era Reformasi (1998), Prajurit-prajurit Korps Marinir tercatat memiliki peran yang cukup besar dalam meredam dan mengeliminasi dampak dari kerusuhan-kerusuhan tersebut. Korps Marinir, bukan saja berhasil dalam menangani dan meredam gerakan dan aksi massa tetapi juga Prajurit-prajurit Korps Marinir telah mampu menjadi bagian penting penyelamat bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di negeri ini. Demikian juga dalam mengatasi kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi di Maluku dan Maluku Utara, Korps Marinir telah mampu menunjukkan dirinya sebagai prajurit profesional. Dengan pendekatan yang persuasif, Prajurit-prajurit Korps Marinir bisa diterima menjadi mediator dan penengah bagi kelompok-kelompok yang bertikai. Bahkan lebih dari itu keberadaan Prajurit-prajurit Korps Marinir di daerah konflik itu mampu menjadi motivator dan dinamisator bagi rekonsiliasi dan perdamaian. Dalam rangka meningkatkan pembinaan dan standarisasi kemampuan tempur pasukan Marinir, Kepala Staf TNI AL mengeluarkan keputusan Nomor. Kep/08/III/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang likuidasi Brigif-1 Marinir, Brigif-2 Marinir, Menbanpurmar dan Menbanminmar selanjutnya membentuk Pasukan Marinir-1 (Pasmar-1) dan Brigade Marinir Berdiri Sendiri (Brigmar BS).
Dengan demikian Satuan-Satuan Komando Pelaksana Korps Marinir terdiri dari Pasukan Marinir-1 di Surabaya, Lanmar Surabaya, Kolatmar di Surabaya, Brigmar BS di Jakarta, Denjaka di Jakarta, Lanmar Jakarta dan Rumkitalmar Cilandak di Jakarta. Kekuatan Pasmar-1 terdiri dari Brigade Infanteri Marinir, Resimen Kavaleri Marinir, Resimen Artileri Marinir, Resimen Bantuan Tempur Marinir, Batalyon Intai Amfibi serta 4 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan. Sedangkan Kekuatan Brigade Marinir BS terdiri dari 3 Batalyon Infanteri Marinir, Detasemen Bantuan Tempur, Detasemen Kavaleri, Detasemen Artileri, Detasemen Intai Amfibi dan 2 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan. Pada tahun 2004 terjadi pula reorganisasi kekuatan di tubuh Korps Marinir dengan terbentuknya Pasmar-2 hasil likuidasi Brigmar BS. Kekuatan yang dimiliki Korps Marinir saat itu adalah Pasmar-1 yang membawahi Brigif-1 Marinir, Menkav-1 Marinir, Menart-1 Marinir, Menbanpur-1 Marinir, Yon Taifib-1 Marinir dan 4 Yonmarhanlan. Pasmar-2 yang membawahi Brigif-2 Marinir, Menkav-2 Marinir, Menart-2 Marinir, Menbanpur-2 Marinir, Yon Taifib 2 Marinir dan 4 Yonmarhanlan. Selanjutnya terdapat pula Brigif-3 Marinir yang membawahi Yonif-7, 8 dan 9 Marinir. Komando Pelaksana lain berupa 2 Lanmar Jakarta dan Surabaya, Kolatmar, Denjaka dan Rukitalmar Cilandak. Marinir ke depan Seiring dengan rencana validasi organisasi TNI Angkatan Laut yang akan dikembangkan menjadi Komando Armada RI dengan membawahi 3 Komando Wilayah Laut, maka organisasi Korps Marinir pun akan mengalami validasi dengan adanya pengembangan kekuatan menjadi 3 Pasmar. Validasi yang terjadi di jajaran Korps Marinir adalah Likuidasi Resimen Artileri, Resimen Kavaleri, Resimen Bantuan Tempur Pasmar 2, Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) III Jakarta dan Yonmarhanlan V Surabaya, perubahan Yonmarhanlan menjadi Yonif & diregrouping dalam hubungan Brigade Infanteri, pembentukan Dinas Pemeliharaan dan Perbaikan Korps Marinir, Satuan Intai Para Amfibi Korps Marinir dan Detasemen Zeni Korps Marinir.
Korps Marinir Pernah Terpisah dari TNI AL
suntingberawal dari dibentuknya Corps Mariniers (CM), cikal bakal Marinir pada 15 November 1945 di Pangkalan IV ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) Tegal. Corps Mariniers ini dibentuk awalnya sebagai “pendidikan” para pelaut Indonesia yang tergabung di ALRI, agar bisa bertempur di darat dalam keadaan darurat. Kebanyakan, instruktur Corps Mariniers ini berasal dari lulusan sekolah pelayaran. Tapi setidaknya ada satu di antara mereka yang pernah mengenyam pendidikan tempur di darat. Salah satu instruktur yang punya pengalaman pendidikan pertempuran di darat itu adalah Tatang Rusmaja. Seorang jebolan PETA (Pembela Tanah Air). Yang dilatih bukan hanya para personel ALRI dan pemuda asal Tegal, tapi juga dari luar kota. Sebagaimana pasukan ALRI lainnya di berbagai daerah, Corps Mariniers juga pada akhirnya terpaksa ikut bergerilya di darat karena minus alutsista laut. Di tempat-tempat lain, pasukan ALRI ini banyak dikenal sebagai “ALRI Gunung” karena memang lebih sering bertempur di pedalaman hutan dan kaki gunung, ketimbang di laut. Tapi mereka belum termasuk Corps Mariniers karena korps anyar ini baru eksis di Pangkalan IV ALRI di Tegal, belum ada di pangkalan lainnya. Khusus para personel Corps Mariniers asal Pangkalan IV Tegal, sekiranya 25 kali mereka mengirim pasukan ke front Semarang di masa revolusi, untuk ikut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Angkatan Darat mempersempit gerak pasukan Belanda. Di tengah-tengah masa revolusi, tepatnya pada 17 Maret 1948 sempat terjadi yang namanya “Re-Ra” alias Reorganisasi dan Rasionalisasi. Saat itu karena Corps Mariniers dari Pangkalan Tegal ini sudah banyak pengalaman tempur di darat, maka pemerintah memutuskan untuk memisahkannya dari TNI AL.
Corps Mariniers kemudian dileburkan ke dalam TNI AD Divisi Diponegoro dengan nama Resimen Samudera yang terbagi menjadi lima batalion. Sedangkan tentara laut yang ingin tetap berada di TNI AL, harus mengajukan surat permohonan kepada Menteri Pertahanan dan Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. Baru pada 9 Oktober 1948, keluar Surat Keputusan No. A/565/1948 dari Menteri Pertahanan, di mana surat itu menetapkan pembentukan Korps Komando di lingkungan TNI AL. Kendati begitu, penerimaan personelnya baru dilakukan pasca-Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949. Seleksi penerimaannya dihelat di Pangkalan Utama Surabaya pasca-diserahkan pada Indonesia sebagai dampak KMB. Sekira 1.200 personel yang terpilih akan jadi Pasukan Amfibi TNI AL.
Tapi setelah ditelisik lebih jauh, ternyata 95 persen dari 1.200 orang yang diterima itu merupakan personel yang dahulunya Corps Mariniers Tegal juga. Dari semua personel Korps Komando Operasi Angkatan Laut (KKO AL) yang tercatat pada 1950, 90 persennya juga mantan Corps Mariniers Pangkalan IV Tegal. Maka dari itu, eksistensi Corps Mariniers yang dibentuk 15 November 1945 seperti yang disebutkan di paragraf-paragraf sebelumnya, bisa dibenarkan merupakan cikal bakal Korps Marinir TNI AL saat ini. Setelah pembentukan KKO TNI AL, para pembesarnya sempat meniatkan satuan khusus ini mengacu pada Korps Marinir Inggris dan Belanda. Kedua negara ini masih menyatukan Korps Marinir dengan Angkatan Laut. Tidak seperti Amerika Serikat yang Korps Marinirnya terpisah dari AL. Namun pada akhirnya, pendidikan angkatan pertama KKO ini diarahkan ke Amerika Serikat, selain juga ke Belanda. Sementara nama Korps Marinir baru kembali dipakai pascakeluar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 pada 15 November 1975.[2]
Kronologis Warna Ungu
suntingTahun 1958, Warna ungu dipakai oleh Korps Marinir (ketika masih bernama KKO-AL) berupa pita sebagai kode pengamanan untuk mengadakan operasi pendaratan di Padang, Sumatra Barat dalam rangka Operasi 17 Agustus 1961, Baret warna ungu untuk pertama kalinya dipergunakan oleh Batalyon-1 KKO-AL dalam Operasi Alugoro di Aceh. Selanjutnya baret tersebut dilengkapi dengan emblem. Pada awalnya emblem Korps Marinir berbentuk segi lima warna merah dengan lambang topi baja Romawi dan dua pedang bersilang ditengahnya. Pemasangan emblem di baret terletak di samping kiri depan. Tahun 1962, Bertepatan dengan HUT yang ke-17 KKO-AL, diadakan perubahan lambang emblem baret Keris Samudera dikelilingi oleh pita dengan tulisan “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” dan terdapat tulisan “Korps Komando” di bawahnya. Di antara tulisan Korps dengan Komando terdapat angka 1945 yang menandakan Korps Marinir lahir. Seluruh lambang dan tulisan emblem tersebut terbuat dari kuningan yang beralaskan warna merah segi lima. 1968, Diadakan lagi sedikit perubahan yaitu dengan member garis pinggir “Kuning” dari segi lima merahnya. 1975, Berdasarkan Skep Kasal No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 14 Nopember 1975 nama Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL) kembali berubah nama menjadi Korps Marinir sesuai dengan nama lahirnya Korps Marinir sejak tahun 1945. Tahun 1976, Kepala Staf Angkatan Laut mengeluarkan Surat Keputusan No. Skep/2084/X/1976 tanggal 20 Oktober 1976, tentang Perubahan Emblem Korps Marinir. Perubahan tersebut adalah dengan menambah Jangkar sebagai latar belakangnya, pita bertuliskan “Korps Komando” berubah menjadi “Korps Marinir” dan angka “1945” tetap sebagai tanda lahirnya. Emblem tersebut dipasang pada baret dengan ketentuan bahwa tengah-tengah dasar emblem terletak tepat di atas ujung luar kening mata kiri. Sehingga Emblem tersebut secara resmi mulai dipakai tepat pada peringatan HUT ke-31 Korps Marinir tanggal 15 Nopember 1975.
- Emblem KKO-AL Digunakan tahun 1960-1962 Berdasarkan Skep Komandan KKO AL Tanggal 04 Januari 1961 Nomor Skep: 02/KP/KKO/1961.
- Emblem KKO-AL Digunakan tahun 1962-1976 Berdasarkan Skep Panglima Komando Tanggal 10 September 1962 Nomor Skep: 5030.6.
- Emblem KORPS MARINIR Digunakan tahun 1976 - Sekarang Berdasarkan Skep KASAL Tanggal 20 Oktober 1976 Nomor Skep: Skep/2084/X/1976
Pembagian Satuan
suntingSaat ini kekuatan Korps Marinir TNI AL terbagi menjadi 3 Pasukan Marinir (Pasmar 1) di Jakarta, (Pasmar 2) di Sidoarjo dan (Pasmar 3) di Sorong yang masing-masing dipimpin oleh seorang Komandan Perwira Tinggi Marinir Bintang Satu (Brigjen TNI Marinir). Setiap Pasmar membawahi Brigade Infanteri Marinir, Resimen Bantuan Tempur Marinir (Menbanpurmar), Resimen Artileri Marinir (Menartmar) dan Resimen Kavaleri Marinir (Menkavmar). Brigade Infanteri Marinir yang ada sekarang 3 Brigade melingkupi 10 Batalyon Infanteri Marinir. Satuan elit Korps Marinir TNI AL dinamakan Intai Amfibi (Taifib) dan satuan anti-teror TNI Angkatan Laut dinamakan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka).
- Pasukan Marinir 1, berkedudukan di Cilandak, Jakarta Selatan
- Brigade Infanteri 2/Marinir, berkedudukan di Cilandak, Jakarta Selatan.
- Resimen Artileri 1/Marinir membawahi:
- Resimen Kavaleri 1/Marinir membawahi:
- Resimen Bantuan Tempur 1/Marinir membawahi:
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan I
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan II
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan III
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan IV
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan XII
- Batalyon Intai Amfibi 1/Marinir, Pasukan khusus (Pasukan Marinir 1)
- Pasukan Marinir 2, berkedudukan di Gedangan, Sidoarjo
- Brigade Infanteri 1/Marinir, berkedudukan di Sidoarjo
- Resimen Artileri 2/Marinir membawahi:
- Resimen Kavaleri 2/Marinir membawahi:
- Resimen Bantuan Tempur 2/Marinir membawahi:
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan V
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan VI
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan VII
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan VIII
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan XIII
- Batalyon Intai Amfibi 2/Marinir, Pasukan khusus (Pasukan Marinir 2)
- Pasukan Marinir 3, berkedudukan di Sorong, Papua Barat
- Brigade Infanteri 3/Marinir berkedudukan di Sorong
- Resimen Artileri 3/Marinir membawahi:
- Resimen Kavaleri 3/Marinir membawahi:
- Resimen Bantuan Tempur 3/Marinir membawahi:
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan IX
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan X
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan XI
- Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan XIV
- Batalyon Intai Amfibi 3/Marinir, Pasukan Khusus, (Pasukan Marinir 3)
- Mako Korps Marinir, berkedudukan di Kwitang, Jakarta Pusat
- Regu Pandu Tempur
- Detasemen Jala Mengkara, Pasukan Khusus (Taifib & Kopaska)
- Brigade Infanteri 4/Marinir, berkedudukan di Padang Cermin, Pesawaran, Bandar Lampung.
- Kompi Komposit Marinir
- Komando Latih Marinir membawahi:
- Pusat Latihan Pasukan Khussus (Puslatsus)
- Pusat Latihan Pasukan Pendarat (Puslatpasrat)
- Pusat Pelatihan Tempur Marinir 03/Grati, Pasuruan
- Pusat Pelatihan Tempur Marinir 04/Purboyo, Malang
- Pusat Pelatihan Tempur Marinir 05/Baluran, Situbondo
- Pusat Pelatihan Tempur Marinir 06/Antralina, Sukabumi
- Pusat Pelatihan Tempur Marinir 07/Lampon, Banyuwang[3]
- Pusat Pelatihan Tempur Marinir 08/Teluk Ratai, Lampung[4]
- Pusat Latihan Pendarat Amfibi & Kesiapan Tempur
- Pangkalan Marinir Jakarta membawahi:
- Detasemen Angkutan (Denang)
- Detasemen Perbekalan (Denbek)
- Detasemen Pemeliharaan (Denhar)
- Detasemen Musik (Densik)
- Detasemen Perawatan Umum (Denpum)
- Detasemen Pekerjaan Umum (Denpum)
- Rumah Sakit Marinir Cilandak
- Kompi Markas Pangkalan Marinir Jakarta
- Pangkalan Marinir Surabaya membawahi:
- Detasemen Angkutan (Denang)
- Detasemen Perbekalan (Denbek)
- Detasemen Pemeliharaan (Denhar)
- Detasemen Musik (Densik)
- Detasemen Perawatan Umum (Denpum)
- Detasemen Pekerjaan Umum (Denpum)
- Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila
- Kompi Markas Pangkalan Marinir Surabaya
- Pangkalan Marinir Sorong Membawahi:
- Detasemen Angkutan (Denang)
- Detasemen Perbekalan (Denbek)
- Detasemen Pemeliharaan (Denhar)
- Detasemen Musik (Densik)
- Detasemen Perawatan Umum (Denpum)
- Detasemen Pekerjaan Umum (Denpum)
- Rumah Sakit Marinir Sorong
- Kompi Markas Pangkalan Marinir Sorong
Komandan
suntingPeristiwa yang melibatkan Korps Marinir
sunting- Anggota KKO, Sarjan Anumerta KKO Usman Janatin dan Lans Koperal Anumerta KKO Harun Thohir terlibat pengeboman di Singapura dalam operasi Dwikora, akhirnya yang bersangkutan ditangkap dan dihukum mati oleh pemerintah Singapura. Keduanya dianugerahi Bintang Sakti dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah. Jenazahnya dipulangkan ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
- Angggota KKO yang dipimpin Kapten KKO Winarto melakukan pengangkatan jenazah para Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, terkait peristiwa Gerakan 30 September. Kemudian ia dianugerahi Bintang Kartika Eka Paksi oleh Angkatan Darat.
- Delapan Jam Pertempuran di Mangkang
- Operasi Gunung Gede
Daftar Warga Kehormatan
suntingWarga kehormatan Korps Marinir merupakan bentuk atau wujud penghargaan Korps Marinir kepada Pemimpin TNI, atas kontribusi dan perhatiannya yang tulus kepada kemajuan dan perkembangan Korps Marinir Republik Indonesia.
Peralatan Berat
suntingKendaraan | Asal | Jenis | Versi | Operasional | Catatan | |
---|---|---|---|---|---|---|
Tank Ringan | ||||||
PT-76[5] | Rusia | Tank Ringan | PT-76B[6] | 90 | Diupgrade dengan meriam Cockerill MK3M kaliber 90mm | |
Kendaraan Tempur Infanteri | ||||||
AMX-10P | Perancis | IFV | AMX-10 PAC 90
AMX-10P MARINE |
100 | ||
BVP-2 | Slovakia | IFV | BVP-2 | 40 | [7] ditaruh di Batalyon pertahanan Udara. | |
BMP-3F[8] | Rusia | IFV | BMP-3F | 54 | Genap 54 unit.[9] Kemungkinan ditambah kembali. | |
Pengangkut Personel Lapis Baja | ||||||
BTR-50 | Kesatuan Soviet | APC | BTR-50PK | 190 | ||
BTR-80 | Kesatuan Soviet | APC | BTR-80A | 12[10] | Digunakan sebagai bagian dari UNIFIL | |
BTR-4M[11] | Ukraine | APC | BTR-4M | 5 | Kemungkinan ditambah kembali. | |
Kendaraan Tempur Amfibi | ||||||
PTS | Kesatuan Soviet | ATV | PTS-M | |||
LVTP-7 | Amerika Syarikat | ATV | LVT-P7A1 | 10 | [12] Dimungkinkan ditambah hingga 35 unit | |
Peluncur Roket Multilaras | ||||||
RM-70 | Czechoslovakia | MRL | RM-70 Grad | 7 | ||
Artileri | ||||||
LG1 | Perancis | Howitzer | LG1 Mark I | 20 |
Peralatan Ringan
suntingLihat juga
suntingPasukan Khusus Angkatan Laut Indonesia
suntingRujukan
sunting- ^ "Profil Korps Marinir TNI AL"[pautan mati kekal]
- ^ "NEWS STORY: Riwayat Marinir yang Pernah Dipisahkan dari TNI AL"
- ^ "Dankormar Resmikan Puslatpur 7 Lampon, Banyuwangi"
- ^ ""Dankormar Resmikan Puslatpur-8 Teluk Ratai Lampung"". Diarkibkan daripada yang asal pada 2016-06-05. Dicapai pada 2019-11-28.
- ^ "PT-76 Andalan Korps Marinir"
- ^ "Antara PT-76 dan BTR-50 Sentuhan Dari Israel"
- ^ "BMP-2 Tank Amfibi"
- ^ "Tank Amfibi BMP-3F"
- ^ "37 Unit Tank BMP-3F Rusia Kembali Perkuat Alutsista TNI AL". Diarkibkan daripada yang asal pada 2014-02-03. Dicapai pada 2019-11-28.
- ^ BTR-80, Kendaraan Tempur Angkut Pasukan
- ^ ""Kendaraan Tempur Terbaru Pesanan Marinir TNI AL Tiba di Jakarta"". Diarkibkan daripada yang asal pada 2018-12-08. Dicapai pada 2019-11-28.
- ^ "Korsel Hibahkan 10 Tank Amfibi Buatan AS tuntuk RI"