Sinagog

(Dilencongkan daripada Saumaah)

Sinagog[1], saumaah[2] (Jawi: صومعة) atau kanisah[3][4] (bahasa Inggeris: synagogue, bahasa Yiddish: שול, shul) merupakan pusat keagamaan dan tempat ibadat khusus agama Yahudi. Lazimnya diketuai oleh seorang Rabai. Pada zaman Bani Israel dahulu ia dikenali sebagai Haikal. Pelbagai upacara keagamaan Yahudi dijalankan di dalam saumaah dan lazimnya ia dikira tempat paling suci di kalangan masyarakat Yahudi.

Rupa dalaman Sinagog Yusef Abad di Tehran, Iran

Peristilahan

sunting

"Sinagog" ialah pinjaman Bahasa Yunani Purba συναγωγή synagogē, bermaksud "perhimpunan" (assembly) melalui turunan synagogue dalam bahasa Inggeris. Terdapat juga kata-kata seasal yang digunakan kaum Yahudi seluruh dunia seperti sinagoga di Sepanyol dan esnoga di Portugal.[5]

"Saumaah" merupakan pinjaman Arab: صومعة, rumi: ṣauma'ah bermaksud "tempat bertapa" daripada akar Ge'ez ጾማዕት, ṣomaʿt;[6] ia merupakan istilah baru yang digunakan sejak kebelakangan ini dalam media Singapura dan Malaysia.

"Kanisah"[4][3] meminjam dari bahasa Ibrani: בית כנסת, beit knesset, "rumah perhimpunan" melalui turunan Arab: كنيسة, rumi: kanīsah., ia seasal dengan perkataan kenesa dipakai penganut aliran Parsi dan Kiraiyah pinjaman melalui Bahasa Aramia dan kenis yang digunakan dalam kalangan beraliran Mizrah.[5]

Ciri binaan

sunting

Pada dahulu, tempat-tempat ibadah Yahudi lazim dibina mengikut kebiasaan seni bina sekitar. Kepelbagaian seni bina tempat-tempat ini mula beranekaragam di Eropah Barat abad-abad ke-19 dan 20 dengan terbukanya peluang untuk masyarakat Yahudi setempat menceburi bidang-bidang yang sebelum ini diharamkan malah adanya kelonggaran membuka tempat ibadah tanpa sebarang permit khas. Sejak redanya zaman Perang-Perang Dunia, pembinaan sinagog-sinagog berkecenderungan kepada bentuk lebih modenis.

Bimah (בּימה‎) atau teḇah (תיבה‎) ialah suatu pelantar tinggi untuk mana-mana orang membaca ayat-ayat Taurat untuk dibaca hadapan jemaah sinagog.[7] Ia turut menjadi tempat petugas pentadbir sinagog dalam kalangan beraliran Sephardi.[7]

Tempat simpanan kitab

sunting

Ayat-ayat Taurat ditulis dalam gulungan yang disimpan dalam suatu tempat penyimpan khas iaitu aron kodesh (ארון קודש‎, "peti/tabut kudus") atau heikhal (היכל‎). Tempat simpanan ini dilihat sebagai suatu perlambangan kepada Tabut Perjanjian yang menyimpan Sepuluh Rukun yang diturunkan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya; ia turut direka agar menghadap arah Jerusalem. yang dianggap sebagai tanah suci para penganut Yahudi.

Tempat duduk

sunting

Pada dahulunya, sinagog sering kurang perabot dan jemaah duduk bersila atas alas. Malah, ada juga suatu kerusi khas dikhususkan menghadap Timur atau Jerusalem untuk orang ternama dan tetamu undangan.[8]

Ada juga suatu kerusi khas digunakan semasa upacara Brit milah.[9]

Perhiasan

sunting

Ada juga suatu lampu atau pelita kecil yang tergantung dalam sinagog melambangkan keberadaan Tuhan yang sentiasa ada;[10] ia dinyalakan menyala sepanjang tahun serta diselenggarakan para rabai.

Tatacara

sunting

Petugas

sunting

Ada tiga jenis orang yang ditugaskan khusus mengendalikan dalam sinagog ini:

  • Arkôn - petugas utama di sinagog yang menjadi kepala dan berperan penting di dalam semua kegiatan yang berlangsung.[11] Tugas utamanya adalah mengatur ketertiban sinagog dan umat yang berkumpul di situ, serta mengawasi ibadah yang berlangsung.[12]
  • Khazzân (Bahasa Ibrani: חַזָּןḥazzān) - petugas bertanggungjawab atas tugas-tugas kasar hingga tugas pengawasan secara umum, termasuk juga melakukan tugas-tugas administratif.[12] Beliau bertugas menjaga ruang, perabot dan kitab sinagog.[11] Ia juga yang berdiri di atas gedung sinagog dan memproklamasikan mulainya hari Shabbat dan masa-masa raya.[11]
  • Syelîakh Sibûr (Bahasa Ibrani: שָלִיחַshaliaḥ) - bertugas membacakan doa di dalam ibadah.[12] Syarat-syarat seorang Syelîakh Sibûr adalah aktif, dewasa, kepala keluarga, tidak kaya, bukan pedagang, mempunyai suara nyaring, dan pandai mengajar.[12] Ada kemungkinan bahwa pada awalnya Syelîakh Sibûr bukanlah jabatan melainkan seorang yang dipanggil khusus untuk melakukan tugas-tugas tersebut.[12] Sering terjadi bahwa posisi ini dirangkap oleh Khazzân, sehingga akhirnya lambat laun kedua jabatan itu melebur menjadi satu sehingga istilah Khazzân dan Syelîakh Sibûr disamakan begitu saja.[12]

Sejarah

sunting

Ada berbagai teori mengenai asal mula sinagoge, yakni sebagai berikut.[13]

Sejak Zaman Musa

sunting

Tradisi Yahudi menyebutkan akar sinagoge dimulai sejak zaman Musa, atau bahkan pada zaman para Patriarkh.[13] Flavius Yosefus dan Philo menyatakan bahwa sinagoge didirikan oleh Musa sebagai tempat orang-orang Yahudi mendengarkan Taurat seminggu sekali.[13] Targum Onkelos menyatakan Yakub sebagai pelayan sinagoge (Kejadian 25:27), sedangkan Targum Yonatan mengatakan bahwa Yitro mengajak Musa untuk mengajarkan umat Israel mengenai doa-doa yang harus diucapkan di dalam sinagoge-sinagoge mereka.[13] Kemudian Targum Tawarikh mengartikan bukit pengorbanan yang ada di Gibeon sebagai suatu sinagoge.[13]

Sejak Masa Reformasi Yosia

sunting

Ada teori dari Julian Morgenstern bahwa sinagoge mulai berdiri di Israel sebagai akibat dari Reformasi Yosia, yakni ketika mezbah-mezbah dan bukit-bukit pengorbanan dari tradisi religius non-Yahudi dihancurkan.[13] Menurut Morgenstern, kuil-kuil di pelosok Israel terus dipakai sebagai tempat pertemuan keagamaan pada hari Sabat dan pada saat perayaan-perayaan Yahudi.[13] Pendapat lain diberikan J. Weingreen yang menyanggah pendapat Morgenstern dengan alasan bahwa reformasi Yosia telah menghancurkan kuil-kuil di pelosok juga.[13] Menurutnya, Yosia mendirikan tempat-tempat lain sebagai ganti kuil-kuil tersebut untuk peribadahan rakyat.[13] Akan tetapi, teori Weingreen ini dipandang lemah sebab tidak memiliki bukti dari riwayat reformasi Yosia.[13]

Sebelum Pembuangan

sunting

R.W. Moss mengajukan pendapat bahwa sinagoge telah ada sebelum masa Pembuangan ke Babilonia abad ke-6 SM.[13] Ia menyatakan bahwa pada mulanya sinagoge merupakan sekolah dan instansi pemerintahan setempat sebelum berkembang menjadi pusat ibadah pada masa Pembuangan.[13]

Sejak Zaman Makabe

sunting

Ada beberapa ahli yang menyatakan asal mula sinagoge pada zaman Makabe atau setelah penghambatan zaman Makabe.[13] Hal tersebut didasarkan pada bukti-bukti arkeologis yang menyatakan bahwa pada abad ke-3, sinagoge belum dikenal di Palestina.[13] Bukti arkeologis menyatakan sinagoge tertua yang peninggalannya ditemukan di Palestina berasal dari abad ke-1 M.[13] Akan tetapi, teori ini lemah sebab pemberontakan Makabe tampaknya berkaitan erat dengan sinagoge, yang mana dikatakan bahwa salinan-salinan Taurat direbut dan dibakar oleh musuh, sehingga membuktikan bahwa sinagoge telah ada sebelum pemberontakan Makabe.[13]

Pada Masa Pembuangan

sunting

Kebanyakan ahli mendukung pendapat bahwa sinagoge mula-mula berdiri di pembuangan di Babel yakni sejak abad ke-5 SM.[14][13][15] Argumentasi dari para ahli didasarkan pada jauhnya orang-orang Yahudi dari Bait Suci yang merupakan pusat ibadah mereka, padahal mereka perlu mempertahankan identitas iman mereka di Babel yang merupakan tempat asing.[13] Karena itu, orang-orang Yahudi mulai berkumpul di rumah-rumah mereka sendiri dan membahas Kitab Suci secara teratur, serta melakukan perayaan kurban dan perayaan lainnya di tempat-tempat tertentu dan hal itulah yang akhirnya menjadi asal mula sinagoge.[13] Argumentasi ini didukung dengan kenyataan bahwa harapan untuk kembali ke tanah air Palestina masih terjaga di kalangan umat Yahudi walaupun telah hidup dalam pembuangan selama puluhan tahun.[13] Selain itu, Taurat masih dipertahankan penggunaannya, bahkan mendapat bentuknya yang semakin formal pada masa Pembuangan tersebut.[13] Salah satu catatan mula-mula mengenai umat berkumpul bersama untuk membahas Firman Allah tertulis dalam Kitab Yehezkielpasal 8:1.[16]

Rujukan

sunting
  1. ^ https://berita.mediacorp.sg/mobilem/dunia/3-diberkas-kerana-cuba-bakar-sinagog-yahudi-di-sweden/3907900.html
  2. ^ https://berita.mediacorp.sg/mobilem/eksklusif/ramadan2019/saumaah-yahudi-anjur-sesi-berbuka-puasa/4290000.html
  3. ^ a b "kanisah". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidika dan Kebudayaan Indonesia. Dicapai pada 2 Julai 2020.
  4. ^ a b "kanisah". Kamus Dewan (ed. ke-4). Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. 2017.
  5. ^ a b Judaism 101: Synagogues, Shuls and Temples. Jewfaq.org.
  6. ^ "صومعة" (Julai 4, 2018). Wiktionary, The Free Dictionary. Dicapai 06:11, 19 Jun 2019.
  7. ^ a b "Encyclopedia Judaica: The Bimah". JewishVirtualLibrary.org. Dicapai pada 2019-10-12.
  8. ^ The Interactive Bible, Synagogue Moses' Seat: Metaphor of Pride
  9. ^ Zaklikowski, David. "The Chair of Elijah and Welcoming the Baby". Chabad. Dicapai pada 13 September 2018.
  10. ^ "Ner Tamid: The Eternal Light." Chabad. 28 August 2018.
  11. ^ a b c S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  12. ^ a b c d e f H. H. Rowley. Ibadat di Israel Kuno. 1981. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 164-187.
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Indonesia)H. H. Rowley. Ibadat di Israel Kuno. 1981. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 164-187.
  14. ^ Ralat petik: Tag <ref> tidak sah; tiada teks disediakan bagi rujukan yang bernama Hans
  15. ^ (Inggeris)Norman K. Gottwald. 1985. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press. P. 413, 427.
  16. ^ Yehezkiel 8:1

Jika anda melihat rencana yang menggunakan templat {{tunas}} ini, gantikanlah dengan templat tunas yang lebih spesifik.