Lir Ilir
Lir Ilir (Hanacaraka: ꦭꦶꦂꦲꦶꦭꦶꦂ) ialah sebuah syair berlagu (tembang) bahasa Jawa berunsur Islam yang dicipta oleh salah satu ahli-ahli Walisongo, Sunan Kalijaga pada awal abad ke-16 sebagai salah satu bahan penyebaran ajaran Islam di Jawa. Tembang Lir-ilir dikenal sebagai tembang dolanan serta lagu daerah di Jawa Tengah dengan liriknya yang menggunakan kata perumpamaan yang memiliki makna tersurat dan tersirat. Syair ini lazimnya dilafazkan dalam adat pernikahan pasangan Jawa.[1] Kajian teologi mengaitkan penciptaan syair ini kepada kaedah dakwah Islam secara kebijaksanaan dan nasihat (bi al-hikmah wa al-mauidhati al-hasanah).[2]
Teks
suntingTeks sajak ini adalah seperti di bawah:
Bahasa Jawa | Terjemahan Melayu (harafiah) | |
---|---|---|
Rumi | Hanacaraka | |
Lir ilir, lir ilir,
tanduré wus sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh temantèn anyar.
pènèkno blimbing iku. Lunyu lunyu yo pènèken kanggo mbasuh dodotiro
kumitir bedhah ing pinggir. Dondomono jlumatono kanggo séba mengko soré.
mumpung jembar kalangané, yo surak o surak hiyo. |
ꦭꦶꦂꦲꦶꦭꦶꦂ꧈ꦭꦶꦂꦲꦶꦭꦶꦂ꧈
ꦠꦤ꧀ꦢꦸꦫꦺꦮꦸꦱ꧀ꦱꦸꦩꦶꦭꦶꦂ꧈ ꦠꦏ꧀ꦲꦶꦗꦺꦴꦫꦺꦴꦪꦺꦴꦫꦺꦴꦪꦺꦴ꧈ ꦠꦏ꧀ꦱꦺꦁꦒꦸꦃꦠꦺꦩꦤ꧀ꦠꦺꦤ꧀ꦲꦚꦂ꧉
ꦤ꧀ꦥꦺꦤꦺꦏ꧀ꦤꦧ꧀ꦭꦶꦩ꧀ꦧꦶꦁꦏꦸꦮꦶ꧉ ꦭꦸꦚꦸꦭꦸꦚꦸꦥꦺꦤꦺꦏ꧀ꦤꦏꦁꦒꦺꦴꦩ꧀ꦧꦱꦸꦃꦢꦺꦴꦢꦺꦴꦠꦶꦫ꧉
ꦏꦸꦩꦶꦠꦶꦂꦧꦺꦝꦃꦲꦶꦁꦥꦶꦁꦒꦶꦂ꧉ ꦢꦺꦴꦤ꧀ꦢꦺꦴꦩꦤꦗ꧀ꦭꦸꦩꦠꦤꦏꦁꦒꦺꦴꦱꦺꦧꦩꦺꦁꦏꦺꦴꦱꦺꦴꦫꦺ꧉
ꦩꦸꦩ꧀ꦥꦸꦁꦗꦺꦩ꧀ꦧꦂꦏꦭꦔꦤꦺ꧈ ꦪꦱꦸꦫꦏ꧈ꦱꦸꦫꦏ꧀ꦲꦶꦪ꧉ |
Bangunlah, bangunlah,
tanaman mulai bersemai, sedemikian hijau bertumbuh subur, bagaikan pengantin baru.
panjatlah pohon belimbing itu. Panjatilah walaupun licin, untuk membasuh pakaianmu.
telah terkoyak di bahagian pinggir. Jahitilah dan betulkan untuk menghadap waktu petang.
selagi banyak waktu terluang, Marilah bersorak-sorak. |
Lihat juga
suntingRujukan
sunting- ^ Nuni, Afriyanti (2017). "Teks tembang Lir-Ilir pada pernikahan adat Jawa (Kajian semiotik)". Universitas Negeri Medan (Tesis) (dalam bahasa Indonesia).
- ^ Yaqin, Moh Ainu (2018). "Dimensi spiritual tembang Lir-Ilir dalam semiotika tasawuf". Digital Library, UIN Sunan Ampel (Tesis) (dalam bahasa Indonesia).
Pautan luar
sunting- Karya berkenaan Lir Ilir di Wikisumber