Kota Pekanbaru ialah sebuah kota di Provinsi Riau, Indonesia. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai dan Pelabuhan Laut Sungai Duku dan Lapangan Terbang (Bandara) Sultan Syarif Kasim II.

Menurut data statistik Indonesia[1], Pekanbaru memiliki jumlah penduduk sekitar 754 ribu orang. Jumlah penduduk Pekanbaru pada saat ini berada di peringkat keempat di Sumatera (setelah Medan, Palembang, dan Bandar Lampung). Pertambahan penduduk Pekanbaru dipengaruhi oleh faktor petroleum.

Pekanbaru mendapat julukan kota besar terbersih versi ADIPURA 2007 dan Jalan Jendral Sudirman dianugerahi sebagai jalan protokol terbersih untuk kategori kota besar.

Lapangan Terbang Bandara Sultan Syarif Kasim II merupakan lapangan terbang tersibuk ke-enam di Pulau Sumatera. Berdasarkan data yang diperoleh dari laman sesawang pada tahun 2005 penumpang yang melalui lapangan terbang ini berjumlah 1.5 juta penumpang.

Sejarah

sunting

Pada zaman dahulu Pekanbaru lebih dikenali dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang ketua suku yang disebut batin. Pada mulanya daerah ini adalah ladang namun lambat laun ia mulai berubah menjadi daerah perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan pindah ke daerah yang baru iaitu dusun Payung Sekaki yang terletak di muara sungai Siak. Namun nama Payung Sekaki tidak dikenali pada masa itu dan tetap disebut sebagai senapelan.

Kemudian Sultan Siak Sri Inderapura iaitu Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mendirikan istananya di kampung bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Kemudian baginda Sultan pun mendirikan sebuah pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang.

Usaha yang telah dirintis baginda Sultan pun dilanjutkan oleh puteranya iaitu Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru iaitu di sekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada 23 Jun 1784 berdasarkan mesyuarat datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) nama Senapelan diganti menjadi Pekan Baharu.

Ketika ini tarikh 23 Jun diperingati sebagai hari kelahiran kota Pekanbaru. Setelah terjadi pergantian nama terhadap kota ini nama Senapelan mulai ditinggalkan dan diganti dengan nama Pekan Baharu atau Pekanbaru dalam sebutan seharian.

Berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Destuur van Siak No.1 bertarikh 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bahagian dari Kerajaan Siak dengan sebutan distrik.

Pada tahun 1931 Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar kiri yang dikepalai oleh seorang Controleur. Setelah pendudukan Jepun pada 8 Mac 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Tentera yang disebut Gokung.

Setelah Indonesia merdeka berdasarkan ketetapan Gubernur Sumatera di Medan bertarikh 17 Mei 1946 No.103, Pekanbaru dijadikan sebagai daerah autonomi yang disebut Haminte atau kota B. Setelah itu berdasarkan Undang Undang No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti menjadi Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru diberikan status kota kecil dan status kota kecil ini semakin disempurnakan dengan keluarnya Undang Undang No.8 tahun 1956.

Kemudian status Kota Pekanbaru dinaikkan dari kota kecil menjadi setelah keluarnya Undang Undang No.1 tahun 1957. Kota Pekanbaru dengan rasminya menjadi ibukota Provinsi Riau berdasarkan Kepmendagri No. Disember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959