Kerajaan Mataram

kerajaan di Jawa

Kerajaan Mataram (Sebutan bahasa Melayu: [kerajaʔan mətaram]) ialah kerajaan maritim dan agaria yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.[1] Didirikan oleh Sanjaya, kerajaan diperintah oleh dinasti Syailendra dan dinasti Isyana.

Wilayah kerajaan Mataram pada periode Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Candi Borobudur, salah satu peninggalan dinasti Syailendra.

Berdasarkan sejarahnya, penduduk kerajaan ini sangat bergantung pada pertanian (agraria), terutamanya pertanian padi, dan kemudian juga mendapat keuntungan dari perdagangan maritim. Menurut sumber asing dan penemuan arkeologi, kerajaan ini dihuni dengan baik dan makmur. Kerajaan ini mengembangkan masyarakat yang kompleks, memiliki budaya yang dikembangkan dengan baik, dan mencapai tingkat kemajuan teknologi dan peradaban yang pesat.[2]

Pada zaman antara akhir abad ke-8 dan pertengahan abad ke-9, nampak terlihat mekarnya seni dan seni bina Jawa klasik tercermin dalam pertumbuhan pesat pembangunan candi, yang menghiasi landskap Mataram. Candi yang tersergam dan bersejarah ialah Kalasan, Sewu, Borobudur dan Prambanan. Mataram dikenali sebagai negeri pembangun candi.[3]

Dinasti atau wangsa yang memerintah Mataram dikelaskan berdasarkan budaya agama — dinasti Hindu-Siwa dan Buddha. Polemik pewarisan takhta terjadi. Hasilnya ialah dinasti Syailendra terbahagi menjadi dua kubu; dinasti Hindu-Siwa di Jawa dipimpin oleh Rakai Pikatan dan dinasti Buddha di Sumatra dipimpin oleh Balaputradewa. Perselisahan tersebut tidak berakhir sampai 938 Śaka (1016 M) ketika dinasti Syailendra yang bertempat di Sumatra menghasut Haji Wurawari dari Lwaram untuk memberontak Dharmawangsa, dan menyerbu ibu negara Wwatan di Jawa Timur.

Serbuan dilancarkan secara mendadak dan tidak terduga. Akibatnya, kerajaan luluh lantak dan tidak tersisa kecuali sedikit yang selamat. Seorang bangsawan Mataram yang bertahan, merebut kembali Jawa Timur pada 1019, dan kemudian mendirikan kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Airlangga, putera Udayana raja ke-8 Bedahulu di Bali dari dinasti Warmadewa. Bondanya bernama Mahendradatta, seorang puteri dari dinasti Isyana. Peristiwa pralaya tersebut disebutkan dalam Prasasti Pucangan yang dikeluarkan oleh Airlangga pada 1041 M.[4]

Rujukan

sunting
  1. ^ Tjahjono, Baskoro Daru (18 Ogos 2017). "Mataram Kuna: Agraris atau Maritim". kemdikbud.go.id (dalam bahasa Indonesia). Dicapai pada 18 Julai 2020.
  2. ^ Rahardjo, Supratikno (2002). Peradaban Jawa, Dinamika Pranata Politik, Agama, dan Ekonomi Jawa Kuno (dalam bahasa Indonesia). Komunitas Bambu, Jakarta. m/s. 35. ISBN 979-96201-1-2.
  3. ^ Media, Kompas Cyber (2012-02-18). "Kisah Mataram di Poros Kedu-Prambanan". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia).
  4. ^ Boechari (2012). Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0520-2.